BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Sejarah Singkat PT. Pupuk Kujang (PERSERO)
Pada tahun enam puluhan pemerintah mencanangkan
pelaksanaan program peningkatan produksi pertanian di dalam usaha swasembada
pangan. Untuk mendukung terlaksananya
program tersebut, maka kebutuhan pupuk harus terpenuhi. Waktu itu
diperkirakan produksi pupuk urea Pabrik
PUSRI I tidak mencukupi, ternyata di bagian utara Jawa Barat ditemukan gas alam, maka munculah
gagasanmembangun sebuah pabrik pupuk urea di Jawa Barat. Pada tahun 1937
pemerintah menunjuk Departemen Pertambangan
eq.Pertamina untuk melaksanakan program tersebut. Departemen
Pertambangan kemudian melimpahkan wewenang pelaksanaan proyek tersebut kepada
pertanian dengan konsultan sebuah
perusahaan Perancis yaitu BEICP, untuk meneliti kemungkinan pembangunan sebuah
pabrik pupuk di Jawa Barat. Tim teknis di bentuk dan langkah-langkah
selanjutnya diambiloleh Pertamina dengan menentukan Jatibarang, Balomgan sebagai
proyek. Tahun 1978 keluar Surat Keputusan Presiden No. 16/1975 tertanggal 17
April 1975 yang memutuskan untuk mengalihkan tugas pelaksanaan Proyek Pupuk
Jawa Barat dari Departemen Pertambangan ke Departemen Perindustrian. Kemudian
pada bulan April 1975 Menteri Perindustrian mengeluarkan Surat Keputusan No.
25/M/SK/4/1975 untuk membentuk tim penyelesaian proyek dengan ketua tim Dirjen
Industri Kimia pimpinan proyek adalah Ir. A.Salmon Mustafa dan Ir.Didi Suwardi
sebagai pimpinan lapangan.
Sumber biaya untuk pelaksanaan proyek tersebut diperoleh
dari pinjaman pemerintah Iran sebanyak 250 juta dolar US, yang digunakan untuk
membeli mesin- mesin dan pipa gas, sebagai Penyertaaan Modal Pemerintah (PMP).
Perjanjian dengan pemerintah Iran
ditanda tangani tanggal 9 Maret 1975 dan mulai berlaku tanggal 24 Desember
1975.
Lokasi proyek dilakukan
oleh tim penelit, yaitu di desa Dawuan,
Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat karena letaknya yang sangay
strategis.
Pembangunan pabrik mulai
dilaksanakan pada bulan Juli 1976 dengan kontraktor utama Kellog Overseas
Corporation dan Toyo Engineering Corporation dari Jepang sebagai subkontraktor.
Pada tanggal 7 November 1798 pabrik Pupuk KUjang sudah menghasilkan produksinya
yang pertama, dengan kapasitas terpasang yaitu:
§
1000 ton/hari (330000 ton/ tahun) pabrik NH3
§
1725 ton/hari (570000 ton/tahun) pabrik Urea
§
30 ton/ hari (99000 ton/tahun) hasil samping NH3
Peresmian Pabrik Pupuk
Kujang Cikampek dilakukan pada tanggal 12 Desember oleh bapak Suharto.
Produksi utama PT. Pupuk
Kujang adalah pupuk Urea 46% N dengan hasil samping Amoniak, oksigen dan
Nitrogen. Pemasaran produk dalam negeri ditangani oleh PT. Pupuk Sriwijaya,
sedangkan untuk ekspor ditangani sendiri oleh PT. Pupuk Kujang.
I.2. Lokasi Pabrik dan Plant Lay Out
PT. Pupuk Kujang berlokasi
di kelurahan Dawuan, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat
berdasarkan atas pertimbangan –pertimbangan sebagai berikut:
1)
Dekat dengan sumber bahan baku gas alam di Cimalaya.
2)
Dekat dengan sumber air tawar di waduk Curug.
3)
Dekat dengan sumber listrik di Jatiluhur.
4)
Tersedianya jalur angkutan darat seperti jalan raya dan
jalan kereta api.
5)
Tersedianya sungai sebagai pembuangan limbah, yaitu
sungai Cikaranggelem.
6)
Berada di tengah daerah pemasaran pupuk.
Tata letak pabrik atau lay out perlu dirancang dngan tujuan:
1)
Pengolahan produk dapat efisien.
2)
Memudahkan penanggulangan bahaya yang mungkin saja
terjadi seperti kebakaran, peledakan, kebocoran gas, dan lain- lain.
3)
Mencegah polusi gas maupun suara.
4)
Memudahkan jalan keluar dan masuk kendaraan di
arealpabrik.
I.3. Manajemen Pemasaran
I.3.1. Struktur Organisasi
PT. Pupuk Kujang merupakan BUMN di bawah Departemen
Perindustrian dan Direktorat Industri Kimia Dasar yang seluruh modalnya adalah
milik pemerintah. Perusahaan ini mempunyai struktur perusahaan berbentuk lini
dan staf.
Struktur Organisasi di PT. Pupuk Kujang secara garis
besar sesuai dengan Surat Keputusan Direksi No. 011/SK/DU/VII/89 tanggal 1 Juli
!989, terdiri dari :
1)
Dewan Direksi
2)
Kepala Kompartemen
3)
Kepala Divisi atau Biro
4)
Kepala Bagian atau Dinas
5)
Kepala Seksi atau BIdang
Dewan Direksi dipimpin oleh Direktur Utama. Yang
dibantu oleh tiga orang direktur yang terdiri dari:
1)
Direktur Produksi
2)
Direktur Komersial
3)
Direktur Teknik dan Pengembangan
Dewan direksi ini bertanggung jawab kepada Dewan
KOmisaris yang mewakili Pemerintah sebagai pemegang saham melalui Departemen
Pertanian, Depatermen Keuangan dan Departemen Perindustrian.
Masing- masing direktur membawahi kompartemen sesuai
dengan bidangnya, sedangkan kompartemen terdiri dari unit kerja yang bertugas
sebagai pelaksana. Unit kerja di pabrik disebut divisi, sedangkan unit kerja di
kantor disebut biro. Bagan struktur organisasi selengkapnya tercantum pada
lampiran.
I.3.2. Tujuan Organisasi
Organisasi PT. Pupuk KUjang mempunyai tujuan jangka
panjang dan jangka pendek yang menjadi arah pngembangan perusahaaan. Tujuan
jangka pendek yaitu menyelesaikan dan menyempurnsksn pembangunan pabrik urea.
Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu:
a.
Mengolah bahan mentah menjadi bahan baku untuk pembuatan urea dan bahan kimia
lainnya.
b.
Menyediakan jasa dalam proyek industri pupuk kimia,
penelitian pemeliharaan serta fabrikasi alat- alat produksi.
c.
Menyediakan jasa angkutan dan pengudangan guna
melengkapi plaksanaan usaha- usaha diatas.
d.
Menyalurkan dan menyediakan jasa pergudangan ekspor
maupun impor untuk hasil produksi.
I.3.3. Kepegawaian
a. Jenjang Karyawan
Jumlah karyawan di PT. Pupuk Kujang hingga akhir Agustus
1994 dapat di klasifikasikan berdasarkan status kepegawaian sebagai berikut:
a.
Karyawan tetap :
1.340 orang
b.
Karyawan ikatan kerja : 59 orang
c. Karyawan honorer : 28 orang
Jumlah :
1.427 orang
Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan yang dicapai oleh para karyawan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
§
Sarjana : 188 orang
§
Sarjana Muda : 119 orang
§
SLTA : 876 orang
§
SLTP : 145 orang
§
SD : 99 orang
Jumlah : 1.427 orang
Berdasarkan jabatan dalam struktur organisasi, karyawan
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Direksi : 4 orang
b.
Kepala kompartemen + staf setingkat : 12
orang
c.
Kepala biro/divisi + staf setingkat : 59
orang
d.
Kepala dinas/bagian + staf setingkat : 109
orang
e.
Kepala seksi/ bidang + staf setingkat : 261
orang
f.
Pelaksana : 982 orang
Jumlah : 1.427 orang
b. Waktu Kerja
Berdasarkan waktu kerjanya, karyawan dapat dibedakan
menjadi karyawan regular dan shift.
1.
Jam kerja regular
Karyawan yang termasuk karyawan regular adalah mereka
yang tidak terlibat langsung alam kegiatan produksi maupun pengamatan pabrik
dan biasanya karyawan tingkat staf ke atas. Jam kerja karyawan regular adalah
sebgai berikut:
a.
Hari Senin sampai Kamis :
pk. 07.00 – 16.00
Istirahat : pk. 11.30 – 12.30
b.
Hari Jum’at :
pk. 07.00 – 17.30
Istirahat : pk. 11.30 – 13.00
c.
Hari Sabtu dan Minggu libur
2.
Jam kerja shift
Jam kerja shift berlaku bagi karyawan yang terlibat
langsung dalam kegiatan produksi dan pengamanan pabrik. Jam kerja shift dapat
diatur sebagai berikut:
a.
Shift pagi :
pk. 07.00 – 15.00
b.
Shift sore :
pk. 15.00 – 23.00
c.
Shift malam :
pk. 23.00 – 07.00
Di PT. Pupuk Kujang terdapat empat kelompok shift, yaitu kelompok A, B,
C, dan D. masing –masing kelompok bertugas selama dua hari pada jam kerja yang
sama, kenudian pada hari berikutnya bergeser ke jan kerja berikutnya. Tetapi
bila kelompok tersebut bekerja mlewati hari minggu, maka hari- hari
kerjanyaditeruskan pada keesokan harinya pada jam kerja yang sama. Kelompok
shift mendapat liburan dua hari setelah mereka bekerja pada shift sore, dan
libur tiga hari bila melewati hari minggu. Sehingga tiap kelompok shift bekerja
selama tujuh hari berturut- turut kemudian libur dua hari.
Setiap tahun diadakan tour around (TA) yaitu penghentian
produksi untuk perbaikan dan pemeriksaan seluruh alat. Satu kali turn around
memakan waktu kurang lebih dua minggu., sehingga pada prakteknya pabrik bekerja
selama 330 hari/tahun.
c. Sistem Penggajian
Sistem penggajian di PT. Pupuk Kujang dibedakan menjadi dua yaitu:
1.
Gaji karyawan tetap, ikatan dinas dan honorer.
Untuk karyawan tetap. Karyawan yang bekerja karena
ikatan dinas, maupun karyawan honorer, gaji diberikan akhir bulan. Gaji ini
meliputi tunjangan isteri, anak, kesehatan, perumahan dan lain- lain.
2.
Gaji tenaga harian lepas.
Untuk tenaga harian lepas, gaji diberikan mingguan,
yaitu setiap hari sabtu. Besarnya gaji ini tergantung banyak sedikitnya jam
kerja masing- masing karyawan.
Selain gaji rutin seperti tersebut diatas, setiap
karyawan akan mendapat bonus keuntungan yang besarnya tergantung kepada laju
produksi.
I.3.4. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kesejahteraan karyawan beserta
keluarganya, perusahaan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dikelola
oleh suatu yayasan. Sarana dan prasarana yang tersedia antara lain:
a. Perumahan
Perusahaan menyediakan perumahan di dalam areal pabrik,
dengan empat tipe rumah yang ditempati karyawan sesuai dengan jabatannya.
Selain itu, ada pula perumahan karyawan diluar pabrik yang berupa perumahan BTN
seperti di Pegadungan dan Sukaseuri. Untuk ini perusahaan memberikan bantuan
uang kepada karyawan.
b. Sekolah
Perusahaan juga membangun sekoalh untuk putra –putri
karyawan, terdiri dari TK, SD, dan SMP dalam areal kompleks perumahan
pabrik.
c. Transportasi
Untuk mempermudah transportasi bagi karyawan dan keluarganya,
perusahaan menyediakan armada bus untuk antar jemput karyawan, anak- anak
sekolah maupun ibu- ibu yang akan pergi belanja ke pasar. Untuk dibangun shekter- shelter untuk menunggu bus di
sepanjang jalan dalam areal pabrik.
d. Balai Kesehatan
Perusahaan memperhatikan juga masalah kesehatan, yaitu
dengan membangun sebuah balai kesehatan yaitu mellayani karyawan dan
keluarganya secara Cuma- Cuma.
e. Masjid
Untuk sarana peribadtan, dibangun masjid Nahrul Hayat di
tengah kompleks perumahan pabrik
f. Sarana Olah Raga dan Rekreasi
Sebagai tempat hiburan bagi karyawan dan keluarganya,
perusahaan menyediakan fasilitas- fasilitas olah raga antara lain :
1.
Lapangan sepak bola
2.
Lapangan tennis
3.
Lapangan volley
4.
Lapangan basket
5.
Lapangan soft ball
6.
Lapangan golf
7.
Kolam renang
8.
Gedung serba guan yang berisi lapangan bu;u tangkis,
tennis meja dan bola sodok.
Rekreasi untuk karyawan diadakan setahun sekali secara bergilir, selama
satu hari kerja dengan biaya transportasi cuma- cuma.
g. Asuransi
Perusahaan menyediakan pula asuransi bagi karyawan.
Setiap karyawan ditanggung oleh asuransi selama 24 jam selama jam kerja.
Karyawan ditanggung oleh Asuransi Tenaga Kerja Jiwa Sraya.
I.4. Keselamatan Kerja
Masah keselamatan kerja sangat penting dalam
pengoperasian pabrik, baik untuk melindungi keselamatan karyawan sendiri maupun
demi keselamatan dan kelangsungan pabrik. Hal ini ditunjang dengan adanya
Undang- Undang No. 1 tahun 1970 yang menetapkan bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapat pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan peningkatan produktivitas
nasional. Untuk itu di PT. Pupuk Kujang dibentuk bagian Keselamatan Kerja dan
Pemadam Kebakaran ( Fire and Safety Unit).
Tugasdan wewenang badan ini adalah :
a.
Memberi ijin kerja kepada karyawan yang akan melakukan
penggalian, pembongkaran, perbaikan alat, dan lain- lain.
b.
Mengawasi dan menegur orang- orang yang berada di
lingkungan pabrik jika sekiranya melakukan tindakan yang membahayakan.
c.
Mengadakan latihan penanggulangan kecelakaan dan
kebakaran sevara periodic bagi seluruh karyawan.
d.
Mengumandangkan safety
talk atau peringatan kembali tentang peraturan keselamatan kerja pada waktu- wktu tertentu.
e.
Menerbitkan majalah bulanan fire and safety.
Bagian ini juga memiliki sarana- sarana penunjang keselamatan seperti:
a.
Ambulans
b. Fire truck multi purpose
c. Fire jeep fressure car
d.
Fire detector
dan instrumennya
e.
Racun api
f.
Masker gas dan api
g.
Unit pengisi udara tekan
h.
Kotak PPPK
i.
Poster- poster keselamatan kerja
j.
Ruang kelas dan garasi tambahan untuk latihan
I.5. Uraian Singkat Proses
Secara garis besar, proses produksi di PT Pupuk Kujang
dapat dibagi menjadi lima
unit:
a. Unit Utilitas
Unit ini bertugas
menyediakan segala kebutuhan proses, mulai dari mengolah bahan baku gas alam, air untuk
proses, steam sampai pembangkit tenaga listrik dan pengolahan limbah. Unit
utilitas dibagi menjadi subunit- subunit:
1.
Unit penolahan air
Unit ini mrngoalh air guna keperluan air pendingin
sebanyak 573,4 m3/ jam, air minum dengan kapasitas 75 m3/
jam, air bebas mineral untuk umpan ketel di unit pembangkit uap dengan
lapasitas 180 ton/jam, dan air untuk keprluan pemadam kebakaran.
2.
Unit pembangkit tenaga listrik
Unit ini bertugas menyediakan seluruh kebutuhan listrik
di pabrik dan perumahan. Pembangkit listrik yang tersedia ada tiga yaitu:
§
Satu unit turbin
generator Hitachi
dengan daya 15 MW
§
Tiga unit diesel
stand by generator
§
Satu unit diesel emergency generator dengan daya 375 kW
Pabrik ini juga memakai listrik dari PLN sebagai cadangan
3.
Unit pembangkit steam
Unit ini memiliki tiga unit boiler yang satu unit waste
heat boiler dengan kapasitas 90,7 ton/jam dan dua unit package boiler dengan
kapasitas sebesar 102 ton/jam.
4.
Unit pemisahan udara
Unit ini bertugas memproduksi nitrogen dalam bentuk
cairan dan gas serta oksigen dalam bentuk gas. Tetapi untuk saat ini hanya
memproduksi nitrogen.
b. Unit Ammonia
Unit ini menghasilkan ammonia dengan kapasitas terpasang 1200
MT/hari, disamping juga menghasilkan karbon dioksida dan hydrogen. Unit ammonia
dapat dibagi menjadi beberapa sub unit, yaitu:
1.
Unit pemurnian gas alam
2.
Unit pembuatan gas sintesis
3.
Unit pemurnian gas sintesis
4.
Unit sintesa ammonia
5.
Unit pemurnian dari refrigerasi
6.
Unit hydrogen recovery
c. Unit Urea
Unit ini bertugas mereaksikan ammonia dan karbondioksida yang
dihasilkan oleh unit ammonia sehingga menjadi urea butiran. Kapasitas terpasang
unit urea ini adalah 1.725 MT/ tahun. Unit ini dapat dibedakan menjadi subunit-
subunit:
1.
Unit sintesa
urea
2.
Unit dekomposisi
3.
Unit recovery
4.
Unit kristal dan pembutiran
d. Unit Pengantongan
Unit ini bertugas memasukkan butiran urea kedalam kemasannya
yang berupa karung plastic dengan berat masing- masing 50 kg. unit ini juga
menangani masalah penyimpanan pupuk urea sebelum dipasarkan
I.6. Pengembangan Perusahaan
PT. Pupuk Kujang telah mengadakan perluasan dan
pembangunan pabrik dalam rangka pengembangan usaha. Usaha ini dilakukan untuk
menunjang program pemerintah untuk menumbuhkan usaha keterkaitan industri dari
meningkatkan eksport hasil industri. Pabrik- pabrik tersebut adalah:
a. Pabrik Asam Formiat
Pabrik ini dikelola oleh PT. Sintas Kurama Perdana Asam
Formiat banyak digunakan dalam industri teksril, karet dan kulit. Bahan baku pabrik ini adalah
karbonmonoksida yang dikirim dari unit cosorb di pabrik ammonia. Pabrik ini
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 19 November 1988. Produk pabrik
berupa asam formiat 90% dengan kapasitas sebesar 11.000 ton/ tahun
b. Pabrik Gasket
Pabrik ini dikelola oleh PT. Kuniseal Nusantara dengan
kapasitas 2.260 ton/ tahun. Gasket banyak digunakan untuk keperluan industri
automotive, industri kimia, industri perkapalan, dan lain- lain. Tujuh puluh persen
dari produk yang dihasilkan diekspor ke luar negeri, terutama Jepang. Gasket
yang dihasilkan adalah jenis joint sheet,
steel bestos, dan spiral wound. Pabrik ini mulai berproduksi pada bulan
April 1989.
c. PabrikKatalis
Katalis sangay diperlukan dalam industri kimia seperti
industri pupuk dan pengolahan minyak. Pabrik katalis di PT. Pupuk KUjang ini
dikelola oleh PT. Kujang United Catalyst. Kapasitas produksinya sebesar 1.100
ton/ tahun. Jenis katalis yang dihasilkan adalah katalis HTS (C-2), katalis LST
(C-18), ZnO guard chamber (c-7)
kualitas primary reformer (c-11), dan
katalis secondary reformer (C-14).
d. Pabrik Ammonium Nitrat
Ammonium nitrat banyak
digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bahan peledak. Bahan baku
pembuatan ammonium nitrat adalah ammonia dan asam sitrat. Ammonium diperoleh
dari PT. Pupuk Kujang sedangkan aam nitrat diproduksi sendiri. Kapasitas
produksinya sebesar 26.000 MT/ tahun untuk ammonium nitrat dan 55.000 MT/tahun
untuk asam nitrat. Pemasaran ammonium nitrat adalah 16.000 MT untuk dalam
nmegeri dan 10.000 MT untuk dieksport. Pabrik mulai berproduksi pada bulan Oktober 1990 dan dikelola oleh PT. Multi
Nitrotama Kimia.
e. Pabrik Hidrogen Peroksida
Pabrik ini dikelola oleh PT. Peroksida Indonesia Pratama.
Bahan baku yang
dipaskai adalah gas nitrogen yang diperoleh dari hasil pemurnian gas buang
pabrik ammonia. Produk berupa H2O2 dengan kadar 50%,
dengan kapasitas 16.000 ton.tahun.
f. Proyek Kujang IB
Proyek ini bertujuan membangun pabrik pupuk urea untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Kapasitas pabrik ini direncanakan
sama dengan kapasitas yang sudah ada sekarang yaitu sebasar
570.000 ton.tahun. proses yang akan digunakan adalah proses hemat energi.
g. Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC)
KIKC adalah kawasan industri yang berada di lingkungan PT.
Pupuk Kujang dengan luas area 377,5 ha. PT. KIKC didirikan sesuai dengan kepres
No. 53/1989 tentang kawasan industri yang dilengkapi dengan kawasan industri
berkait. Di kawasan ini telah berdiri beberapa pabrik, yaitu pabrik asam formiat,
pabrik katalis, pabrik kemasan plastic, pabrik gasket, pabrik hydrogen
peroksida, pabrik ammonium nitrat, pabrik CS2, pabrik CMC dan
lain-lain. Masih tersedia pula lahan siap pakai untuk pabrik- pabrik baru.
Fasilitas yang ada KIKC antara lain air bersih, listrik, transportasi,
poliklinik, plant service, sarana
olah raga, dll. Plant service meliputi penydiaan jasa yang diperlukan guna
memperoleh perijinan pabrik, import bahan baku,
maupun eksport produksi.
h. Industri Peralatan Pabrik
Selain anak perusahaan tersebut diatas, sudah berjalan
industri peralatan pabrik di PT. Pupuk Kujang. Berdasarkan teknologi dan
peralatan yang dimiliki, industri peralatan pabrik tersebut telah dapat membuat
bermacam- macam tipe peralatan pabrik seperti Pressure vessel, Heat Exchanger, Reaktor, drum, maupun tangki.
Selain memenuhi kebutuhan sendiri juga menerima permintaan pembuatan peralatan
industri dari pabrik lain, misalnya industri kertas, perminyakan maupun
industri kelapa sawit. Rancangan dan fabrikasi yang dilakukan terhadap
peralatan yang dibuat mengikuti standar
Internasional sesuai permintaan pemesan seperti: API, ASME, TEMA, Ansi. Selain
itu juga memperhatikan peraturan pemerintah Indonesia yang berlaku sehingga
mutu dan kualitas peralatan betul- betul dapat diandalkan.
i.
Pabrik
Cosorb
Pabrik ini bertugas memungut dan memurnikan gas CO dari gas
yang keluar dari secondary reformer 103-D. gas CO murni yang dihasilkan digunakan sebagai bahan baku di pabrik asam formiat. Kapasitas
produksinya adalah 790 N/m3/ jam CO murni, dengan produk samping hydrogen rich gas sebanyak 5447 Nm3/jam. Proses yang
dipakai adalah proses Cosorb Kinetica
Technologi International (KTI) dari USA, yang dapat dibagi menjadi tiga
unit proses yaitu:
1.
Unit Pretreatment
2.
Unit Proses Csorb
3.
Unit Pengolahan Akhir Produk dan Recovery Cosorb Solvent
BAB II
UNIT UTILITAS
Pabrik
utilitas ini berfungsi untuk menyediakan bahan- bahan baku dan penunjang untuk
kebutuhan pada system produksi di seluruh pabrik Pupuk Kujang seperti air
bersih, air proses, steam, tenaga listrik, udara bertekanan, nitrogen, oksigen,
air pendimgin dan air proses. Kebutuhan ini dihasilkan oleh unit- unit :
1.
Unit Water Intake
2.
Unit Pengolahan Air
3.
Unit Demineralisai Air
4.
Unit Pembangkit Steam
5.
Unit Pembangkit Listrik
6.
Unit Pemgolahan
Air Pendingin
7.
Unit Udara Instrumen dan Udara Pabrik
8.
Unit Pengolahan Air Buangan
II.1. Unit Water Intake
Water Intake untuk pabrik Pupuk Kujang di ambil dari
sungai Citarum dan down stream turbin Waduk Jatiluhur di Purwakarta. Station
pompa Water Intake ada tiga buah yaitu :
1)
Water Intake Parung Kadali
Parung Kadali adalah
station pompa yang berada di desa Parung Kadali dan mempunyai tiga buah pompa
MP I, MP II dan MP III ( Main Pump 3001 JA/JB/JC ) dengan kapasitas masing-
masing 5500 gpm dan penggerak motor dengan daya 500 HP/ 2300 V. Serta dua buah
pompa Auxilliary ( AP I dan AP II) untuk membantu apabila level sungai turun dan tidak bisa turun ke basin
penampungan, dengan kapasitas pompa 3700 gpm dan penggerak motor dengan
daya 125 HP / 440 V. Tenaga listrik yang
digunakan berasal dai PLN adalah 6000 V sehingga diperlukan trafo step down
untuk menambah menjadi 2300 v. Tenaga listrik cadangan diperoleh dari dua buah
genset dengan kapasitas masing- masing 750 KW/440 V, untuk menyesuaikan
tegangan yang diperlukan maka dinaikkan melalui trafo step up menjadi 2300 V. Untuk
suction pompa diambil dari aliran sungai Citarum
2)
Water Intake Cikao
Cikao adalah station pompa
yang berada di desa Cikao/ Jatiluhur Purwakarta. Dilengkapi dengan dua buah
pompa MPA dan MPB dengan kapasitas pompa masing- masing 5500 gpm. Tenaga listrik
yang digunakan berasal dari PLN tegangan 6000
V dengan trafo step down 2300 V dan sebagai tenaga cadangan dipergunakan
sebuah genset kapasitas 750 KW. Untuk suction pompa diambil daro aliran down
steam turbin waduk Jatiluhur.
3)
Kolam Emergensi ( Kolam 8 )
II.2. Unit Pengolahan Air
Air bahan aku tersebut masih mengandung partikel-
partikel halus, lumpur, dan kotoran lain, karena itu perlu diolah lebih dahulu
sebelum digunakan. Mula- mula air dimasukkan ke premix tank dengan debit 900 m3/
jam, dimana ditambahkan bahan- bahan kimia sambil diaduk dengan putaran tinggi.
Bahan- bahan kimia yang ditambahkan antara lain :
a.
Alum yang berfungsi sebagai flokulan
b.
Coagulant aid, untuk menggimpalkan kotoran
c.
Caustic soda, sebagai pengatur pH supaya berkisar
antara 6,4- 6,7
d.
Kalsium hipoklorit atau Cl2 cair, sebagai
desinfektan
Air bersama dengan flok-
flok halus yang terbentuk kemudian dialirkan ke clarifier.
Di clarifier air diaduk pada putaran rendah supaya
kotoran yang ada mengendap karena
gaya gravitasi. Endapan lumpur yang
dibentuk di blow down, sedangkan over flow dialirkan ke clear well.
Clear well berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara sebelum air di masukkan ke sand filter. Untuk menjaga supaya pH air
konstan, kedalam air yang masuk ke dalam clear well ditambahkan larutan soda.
Antara clear well dan premix well dihubungkan dengan suatu pipa by pass yang
digunakan bila clarifier tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Sand filter bertugas menyaring partikel- partikel halus
yang masih terbawa aliran air dari clear well. Sand filter yang digunakan di
unit ini adalah tipe rapid pressure horizontal sand filter berjumlah enam buah
dan bekerja secara parallel. Pencucian
dilakukan bila pressure drop yang terukur melebihi batas toleransi, dan
dilakukan secara lawan arah ( backwash )
Air yang keluar dari sand filter dibagi menjadi dua
aliran dan ditampung dalam dua buah tangki. Yaitu :
a.
Filtered water storage tank, yang digunakan untuk
menampung air bersih guna keperluan make up air pendingin, air hidran dan air
umpan katel (boiler feed water)
b.
Portabel water storage tank, yang digunakan untuk
menampung air untuk keperluan sehari- hari di pabrik dan di pemukiman. Air ini
masih harus di injeksi dengan Ca-hypoclorite sebagai desinfektan
II.3. Unit Demineralisasi Air
Unit ini bertugas menghilangkan mineral yang dapat
membahayakan proses di unit- unit produksi lain. Mineral yang dihilangkan
antara lain Ca3+, Mg2+, Na+, HCO3,
SO42-, dan Cl-.
Mula- mula dari filtered water storage tank dimasukkan
ke carbon filter yang berupa vessel vertical berisi karbon aktif untuk
dihilangkan klorin, baud an warnanya. Air yang keluar diharapkan mempunyai pH
sekitar 7,0- 7,5.
Selanjutnya air dimasukkan
ke cation exchanger yang berisi resin untuk dihilangkan ion- ion positifnya.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
M
n+ + nRH RnM + nH
+
Ion logam Mn+ digantikan oleh ion H+
dari resin sehingga air yang dihasilkan akan bersifat asam dengan pH 3,2 – 3,3.
apabila pH air yang keluar melebihi batas
yang diperbolehkan, berarti resin yang telah ada telah jenuh dan perlu
diregenerasi. Regenerasi dilakukan dengan mengalirkan larutan asam sulfat
sehingga ion H+ dari larutan asam sulfat akan menggantikan Mn+
dalam resin, dan resin akan segera kembali.
Untuk menghilangkan ion negative dalam air, digunakan
anion exchanger. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
X
n- + nROH RnX + nOH
-
Air yang keluar dari anion
exchanger mempunyai pH sekitar 8,6 - 8,9. Regenerasi dilakukan dengan menambah
larutan NaOH
Untuk menyempurnakan demineralisasi, digunakan mixed bed
polisher yang berisi resin penukar anion dan kation sekaligus. Air yang keluar
dari sini diharapkan mempunyai pH 6,1 – 6,2. Air ini ditampung dalam
demineralized water storage tank sebelum dikirim ke unit pembangkit steam.
II.4. Unit Pembangkit Steam
Kebutuhan steam dipabrik dipenuhi oleh pabrik utilitas
dan pabrik ammonia. Pabrik utilitas menghasilkan middle pressure dan low pressure steam,
sedangkan pabrik ammonia menghasilkan high pressure steam.
Air yang akan dijadikan steam harus memenuhi beberapa
syarat agar boiler tidak cepat rusak, karena itu perlu diolah lebih lanjut
sebelum diumpankan ke boiler. Air hasil demineralisasi masih mengandung gas-
gas yang terlarut seperti O2 dan CO2 yang dapat
menyebabkan korosi. Penghilangan gas ini dilakukan dengan cara stripping
deaerator. Kondisin operasi di deaerator mempunyai suhu 1500C dan
tekanan 0,60 kg/cm2. kedalam deaerator dimasukkan bahan- bahan kimia
sebagai berikut :
a.
Larutan ammonia untuk menaikkan pH
b.
Hidrazin untuk mengikat O2
c.
Fosfat sebagai pencegah terbentuknya kerak yang keras
Air yang keluar dari deaerator diharapkan mempunyai pH 8,5- 9,5 dengan
suhu sekitar 112,5 0C dan siap pakai sebagai umpan ketel.
Di pabrik Utilitas terdapat tiga buah boiler yang akan
menghasilkan steam bertekanan sedang sebagai penggerak turbin. Jenis boiler ada
dua, yaitu :
a.
Waste heat boiler, yang dapat memenuhi 45 % dari
keperluan steam. Kapasitas boiler ini 90,7 ton/jam dan beroperasi pada suhu 3970C
dan tekanan 42,3 kg/cm3. media pemanas yang digunakan adalah
sensible dari exhaust gas turbin Hitachi, dan dipanaskan lagi oleh panas
pembakaran gas alam.
b.
Package boiler sebanyak dua buah, yang memenuhi 55%
dari kebutuhan steam, dengan kapasitas 102 ton/jam. Kondisi operasinya adalah
suhu 3990C dan tekanan 42,2 kg/cm2. Panas diperoleh dari
panas pembakaran alam. Kebutuhan gas alam di waste heat boiler hanya setengah
dari kebutuhan di package boiler, karena adanya panas sensible dari exhaust gas
turbine Hitachi.
Untuk menghasilkan steam bertekanan rendah ada tiga
macam cara, yaitu :
a.
Ekspansi steam yang bertekanan rendah keluar dari
turbin
b.
Flashing dan blow down dari steam drum dan mud drum
pada boiler
c.
Reducing steam bertekanan sedang melalui valve- valve.
Steam bertekanan sedang ini digunakan untuk
keperluan stripping.
Steam bertekanan tinggi (high pressure steam) diproduksi di pabrik ammonia dengan
memanfaatkan panas dari secondary reformer yang suhunya sekitar 300 ton/jam
dengan tekanan 105 kg/cm2
II.5. Unit Pembangkit Listrik
Sumber listrik yang tersedia di pabrik PT. Pupuk Kujang
ada empat, tiga berasal dari pabrik utilitas sendiri, sedangkan yang satu
berasal dari PLN. Sumber pembangkit listrik tersebut adalah :
a.
Gas turbin generator yang mampu menghasilkan listrik
13,8 KV dengan daya 15 MW. Generator ini merupakan sumber listrik utama dan pada
kondisi normal akan mengkonsumsi gas alam sebanyak 3.700 Nm3/ jam.
b.
Stand by generator sebanyak tiga buah berupa diesel
engine yang mampu menghasilkan listrik 480 KV dan daya 3x750 KW. Generator ini
banyak digunakan bila kedua sumber listrik di atas mengalami gangguan.
c.
Sebuah diesel emergency generator dengan kapasitas 375
KW yang akan langsung berfungsi apabila aliran listrik tiba-tiba mati.
Pada operasi normal hanya satu sumber listrik yang
dipakai yaitu gas turbine generator Hitachi. Untuk pemakaian listrik ini perlu
diturunkan lebih dahulu tegangannya dengan transformator sehingga menjadi 13,8
KV dan sebelum didistribusikan diubah
lagi sesuai dngan kebutuhan.
II.6. Unit Pengolahan Air Pendingin
Air pendingin untuk keperluan alat- alat penukar panas
harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
a.
Tidak korosif
b.
Tidak menimbulkan kerak
c.
Tidak mengandung mikroorganisme yang menimbulkan lumut
Untuk memperoleh air dengan kriteria seperti
tersebut diatas, maka air daru filtered water storage tank perlu ditambah dengan
bahan- bahan kimia seperti :
a.
Asam sulfat atau sodium hidroksida untuk mengukur pH
b.
Fosfat sebagai pencegah timbulnys korosi
c.
Klor untuk membunuh mikroorganisme
d.
Betz 445 sebagai deposite control agent
Setelah ditambah dengan
bahan- bahan kimia ini, air telah siap dipakai sebagai air pendingin.
II.7. Unit
Pengolahan Udara Instrumen dan Udara Pabrik
Unit ini bertugas menghasilkan udara tekan kering untuk keperluan proses pabrik
(plant air) dan udara instrument (instrument air). Udara pabrik diperoleh
dengan cara mengkompresikan udara luar sampai tekanannya menjadi 7 kg/cm2.
udara ini digunakan untuk blanket, pembersihan alat –alat dan sebagainya. Udara
instrument diperolaeh dengan mengeringkan udara oabrik dalam suatu silica gel
drier sehungga memiliki dew point 400C dan bebas debu dan minyak.
Udara instrument dipakai sebagai penggerak pneumatic valve, dan biasanya
mempunyai tekanan 9 kg/cm2.
II.8. Unit Pengolahan Air Buangan
Limbah cair hasil buangan proses masih mengandung zat-
zat yang dapat mencemari lingkungan karena itu masih diolah terkebih dahulu
sebelum dibuang ke sungai. Limbah cair tersebut adalah :
a.
Air sisa regenerasi resin yang mengandung asam dan basa
b.
Air buangan sanitasi
c.
Air bocoran pompa dan kompresor yang mengandung minyak
d.
Air dari clarifier dan sand filter yang berlumpur
e.
Air kondensat yang mengandung senyawa NH3
II.8.1. Pengolahan Air Sisa Regenerasi
Pada regenerasi resin jenuh, digunakan larutan asam
sulfat dan caustic soda, sehingga air sisa masih mengandung asam dan basa.
Sebelum dibuang air ini dinetralkan lebih dahulu dalam kolam netralisasi. Air
yang keluar dari kolam diharapkan
mempunyai pH sekitar 6,9 – 7,2 dan sudah tidak membahayakan lingkungan.
II.8.2. Pengolahan aAir Buangan Sisa Sanitasi
Air buangan sanitasi yang berasal dari seluruh toilet di
pabrik, dikumpulkan dan diolah dalam unit sanitasi dengan menggunakan Lumpur
aktif dan desinfektan Ca-hypoklorit
II.8.3. Pengolahan Air Berminyak
Air yang berasal dari buangan pelumas pada pompa,
kompresor dan alat- alat lain masih mengandung minyak. Air berminyak ini diolah
dalam alat yang disebut oily water separator, yang prinsip kerjanya berdasarkan
perbedaan berat jenis air dan minyak. Minyak yang berat jenisnya lebih kecil
akan berada di lapisan atas, sedangkan air di lapisan bawah. Air yang
dikeluarkan melalui bagian bawah separator, sedangkan minyaknya dikirim ke
burning pit untuk dibakar.
II.8.4. Pengolahan Air Berlumpur
Air hasil buangan dari clarifier dan sand filter perlu
diendapkan dahulu lumpurnya sebelum dibuang ke sungai, karena Lumpur
mempercepat pendangkalan sungai. Air berlumpur ioni dimasukkan ke dalam kolam
pengendapan, sehingga Lumpur akan mengendap sedangkan airnya diendapkan ke
sungai.
II.8.5. Pengolahan Air Yang Mengandung Ammonia
Air ini diolah dalam alat yang disebut ammonia removal.
Air ini masuk dalam puncak kolam sedangkan dari bawah kolam dialirkan steam
bertekanan rendah untuk menstripping ammonia. Gas yang mengandung ammonia
dibuang ke udara luar melalui bagian atas kolam, sedangkan air yang sudah bebas
ammonia dibuang ke sungai. Semua air buangan yang telah diolah dikumpulkan
dalam suatu tempat penampungan yang
disebut equalization pond, dimana air analisa secara rutin sebelum dibuang ke
sungai Cikaranggelam.
BAB III
UNIT AMMONIA
Seksi
ammonia bertugas mereaksikan gas alam, steam, dan udara menjadi ammonia. Seksi
ini juga menghasilkan karbondioksida dan hydrogen. Untuk kapasitas penuh ( 100%
), pabrik ini memproduksi 1000 ton/ hari ammonia cair dan 1240 ton/ hari gas CO2.
adapun tahap- tahap proses pembuatan ammonia adalah sebagai berikut :
a.
Unit Pemurnian Gas Alam
b.
Unit Pembuatan Gas Sintesa
c.
Unit Sintesa Ammonia
d.
Unit Pemurnian dan Refrigerasi Ammonia
e.
Unit Hidrogen recovery
III.1. Unit Pemurnian Gas Alam
Gas alam yang digunakan oleh PT. Pupuk Kujang diambil
dari tiga sumber gas alam yaitu dari Offshore
Arco, L. Parigi di pantai Cilamaya, dan Mundu di Indramayu. Komposisi tiga
gas alam tersebut berbeda- beda. Kandungan sulfur untuk ke tiga sumber gas alam
tersebut adalah :
H2S : 30 ppmv
(max)
RSH : 5 ppmv (max)
Sedangkan gas alam yang
masuk pabrik memiliki tiga komposisi mendekati table berikut ini
Tabel
1. Komposisi gas alam yang masuk pabrik
Komposisi
|
% Mol
|
N2
|
1,18
|
CO2
|
1,1
|
CH4
|
92,776
|
C2H6
|
2,695
|
C3H8
|
0,542
|
(I+n)C4H10
|
0,218
|
(I+n)C5H12
|
0,213
|
H2
|
0,401
|
Ar
|
0,005
|
Jumlah
|
100
|
Kandungan senyawa sulfur:
2,035 ppmv. Sebelum dipakai untuk membuat gas sintesis, gas ala mini harus
mengalami proses pemurnian lebih dahulu yaitu, proses pemisahan debu dan fraksi
berat, penghilangan merkuri, dan penghilangan sulfur.
III.1.1. Pemisahan Debu dan Fraksi Berat
Debu maupun tetes- tetes cairan seperti hidrokarbon
fraksi berat dapat mengganggu jalannya proses, maka perlu dihilangkan. Gas alam
yang akan masuk pabrik mula- mula dimasukkan ke knock out drum 116-F pada tekanan 14,7 kg/cm2, agar
partikel halus dan tetes cairan terpisah. Cairan dan partikel halus ini
dikeluarkan melalui control level
otomatis dibagian bawah drum, kemudian dikirim ke burning pit untuk dibakar. Gas alam yang keluar dari 116-F
selanjutnya dibagi menjadi dua, sebagian digunakan menjadi bahan baker di auxiliary biler dan start up header primary reformer, sebagian lagi mengalami pemurnian
lebih lanjut di mercury guard chamber
109-D.
III.1.2. Penghilangan Merkuri
Penghilangan mercury yang meracuni katalisator di alat
proses berikutnya dapat dikurangi dengan reaksi :
Hg + S HgS
Di dalam mercury
guard chamber, diimpregnasikan pada karbon aktif. Tekanan gas yang keluar masih belum cukup tinggi agar gas dapat
mengalir ke dalat-alat berikutnya, maka gas ditekan dengan feed gas compressor 102-J sehingga tekanannya mencapai 43 kg/cm2
dan suhunya sekitar 1460C. kompresor ini digerakkan oleh turbin uap
102-JT. Sebagian gas alam yang keluar kompresor dialirkan ke feed gas compressor kick back cooler chamber,
dan dikembalikan lagi ke kompresor. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kekurangan gas di kompresor, yang dapat menyebabkan rusaknya kompresor karena
kekurangan beban. Gas yang keluar selanjutnya dikirim ke feed preheat coil di seksi konveksi primary reformer.
III.1.3. Desulfurisasi
Belerang merupakan racun bagi katalis di primary reformer dan secondary reformer. Peghilangan belerang
dilakukan dua kali, yaitu di cobalt moly
hydroteater 101-D dan zinc oxide
guard chamber 108-D.
Di cobalt moly
hydroteater, senyawa belerang direaksikan dengan gas hydrogen menjadi H2S
seperti reaksi berikut:
RSH + H
2 RH + H
2S
RSR + 2H
2 RH + R’H + H
2S
Hydrogen sebagai reaktan diperoleh dari recycle gas sintesis, yang dimasukkan ke cobalt moly hidroteater bersama- sama dengan gas alam yang telah
dipanaskan di primary reformer. Gas
alam perlu dipanaskan karena reaksi diatas dapat berjalan dengan baik apabila
suhunya berkisar 4000C. Cobalt moly hydroteater terdiri dari dua packed bed
berisi katalis cobalt molybdenum
sebanyak 28,3 m3. Kadar CO2 yang tidak boleh melebihi 5%
karena dapat menyebabkan reaksi eksothermis berikut ini:
CO
2 + H
2 CO + H
2O +165kJ/mol
CO + 3H
2 CH
4 + H
2O +206,2 kJ/mol
Panas yang timbul dari reaksi tersebut dapat menaikkan suhu tersebut di
katalis dan menyebabkan katalis rusak. Suhu gas keluar sekitar 3930C
dan tekanan 37,7 kg/cm2.
Gas ini dimasukkan ke dalam zinc oxide guard chanber 108-D yang berisi katalis sebanyak 28,3 m3.
Terjadi reaksi antara H2S dan ZnO sebagai berikut:
H
2S + ZnO ZnO + H
2O
Suhu gas keluar sekitar 3910C dan tekanannya 37,7 kg/cm2.
Gas diumpankan ke mix feed primary
reformer.
III.2. Unit Pembuatan Gas Sintesis
Unit ini bertugas membuat gas sintesis, yaitu H2
dan N2 dengan perbandingan mol
3:1 sebagai umpan ammonia converter.
Mula- mula gas alam akan mengalami reformasi menjadi CO,CO2, dan H2,
kemudian gas CO yang dikonversi menjadi CO2.
III.2.1. Proses Reforming
Reaksi yang terjadi di primary reformer 101-B adalah reaksi pembentukan hydrogen dari
senyawa hidrokarbon dan steam. Gas alam yang keluar dari zinc oxide guard chanber dicampur dengan steam dan dipanaskan dengan mix feed preheater coil di seksi
konveksi primary reformer. Gas yang
keluar diharapkan mempunyai suhu 4830C dengan tekanan 36,8 kg/cm2
dan siap dimasukkan ke dalam tube- tube katalis di seksi radiant. Di primary reformer ini terdapat 9 baris
tube katalis yang masing- masing terdiri dari 42 tube. Tube- tube katalis
terdiri dari campuran logam, terdiri dari 25 % chrome, 35% nikel, 1,225 niobium
dengan diameter tube 3 inch. Katalis yang dipakai adalah nikel okside. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
CH
4 + H
2O CO + 3H
2 -49,3 kcal/mol
CO + H
2O CO
2 + H
2 +9,8 kcal/mol
Reaksi keseluruhan adalah endothermic. Panas yang
dibutuhkan disuplai oleh panas pembakaran gas alam diluar tube. Reaksi
pembakaran tersebut dapat dituliskan sebagai berikit:
CH
4 + 2O
2 CO
2 + 2H
2O +9,8 kcal/mol
Burner-
burner fuel gas ini terletak diantara dua baris tube katalis. Ada 10 baris
burner masing- masing terdiri dari 20 burner.
Gas alam dan steam yang masuk ke primary reformer diatur supaya perbandingan mol S : C = 5 : 1,
karena jika steam kurang akan terjadi reaksi samping sebagai beriktu :
CH
4 C + 2H
2 +Q
2CO C + CO
2 -Q
Karbon yang terbentuk dapat melapisi permukaan
katalis sehingga keaktifannya berkurang,
selain itu juga mengganggu perpindahan panas pada tube yang dapat menyebabkan overheating. Perbandingan mol S:C ini
diatur oleh suatu alat yang disebut ratio relay (RRI)
Gas yang bereaksi melalui tube akan keluar melalui
bagian bawah tube dan disatukan dalam sebuah pipa besar untuk masing- masing
baris yang disebut riser. Dari riser gas dikirim ke secondary reformer 103-D melaui suatu
pipa besar yang disebut transfer line. Suhu gas keluar sekitar
810-8150C dengan tekanan 32,5 kg/cm2. untuk melindungi transfer line, dipasang jacket water sebagai pendingin. Gas CH4 yang lolos dari primary reformer diharapkan kurang dari 10%.
Sedangkan gas hasil pembakaran (fuel gas) yang suhunya makin tinggi dihisap oleh induced draft melaui seksi konveksi,
dimana panasnya dimanfaatkan untuk memanaskan umpan gas alam, udara untuk secondary reformer, boiler feed water,
dan superheated steam untuk power generator. Dari seksi konveksi, flue gas ini dibuang ke udara melaui
suatu cerobong (slack). Suhu gas
buang ini masih sekitar 2500C.
Tugas secondary
reformer adalah melanjutkan reaksi reforming.
Reaksi yang terjadi sama dengan reaksi
yang terjadi di primary reformer, tetapi panas yang diperlukan diperoleh dari
pembakran langsung dengan udara didalam reaktor. Gas dan campuran udara steam
masuk ke secondary reformer secara
terpisah dari bagian atas. Secondary
reformer terbagi atas dua bagian, yaitu bagian atas yang disebut mixing zone atau combustion zone. Reaction
zone berupa packed bed yang terdiri
atas 3 buah bed katalis nikel oksid yang berbeda- beda komposisinya.
Gas dan udara dicampur dalam mixing zone, dimana terjadi reaksi
pembakaran ebagai berikut:
CH
4 + 2O
2 -----------> CO
2 2H
2O +191,7 kcal/mol
2H2 + O2<---------------------->----------------------> 2H2O + 57,8
Kcal/mol.
Panas pembakaran ini digunakan untuk reaksi
reforming di bed katalis. Suhu gas di bed pertama sekitar 1100-12000C
dan tekanannya 32,5 kg/cm2. Kadar CH4 dalam gas yang
keluar dari secondary reformer ini
tinggal kira- kira 0,3%.
Udara yang masuk ke secondary
reformer berfungsi juga sebagai pensuplai N2, maka perbandingan
mol udara dan gas alam harus diatur supaya H2 dan N2 yang
keluar mempunyai perbandingan mol yang cocok sebagai umpan ammonia converter yaitu 3 :
1. Gas panas yang keluar dari secondary
reformer dimanfaatkan untuk memproduksi steam bertekanan tinggi ( sekitar
105 kg/cm2) di waste heat
boiler 101-CA/CB dan 102-C sehingga suhu gas keluar turun menjadi 343-3470C.
Temperatur ini adalah temperature yang sesuai untuk reaksi di high temperature shift converter 104-D.
sebagian kecil dari gas ini, yaitu sekitar 2-3% dikirim ke pabrik cosorb untuk dimurnikan CO-nya.
III.2.2. Shift Converter
Untuk memproduksi urea, diperlukan bahan baku NH3 dan gas CO2, karena itu gas CO yang
ada perlu diubah menjadi CO2.
Tugas mengkonversi gas CO menjadi CO2 ini dilakukan olh alat yang disebut shift converter 104-D. reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
CO + H
2O CO
2 + H
2 +9,8Kcal/mol
Reaksi ini eksothermis
sehingga konversi ke kanan yang
mengkonversi gas CO menjadi CO2 akan bertambah konversinya apabila
temperature diturunkan. Tetapi kecepatan molekul- molekul yang bertumbukan
untuk bereaksi akan berkurang bila suhu diturunkan, sehingga kecepatan reaksi
juga akan berkurang. Untuk mengatasi masalah tersebut maka shift converter dibagi menjkadi dua bagian, yaitu bagian atas yang
disebut high temperature shift converter
dan di bagian bawah yang disebut low
temperature shift converter.
High temperature
shift converter (HTS) berfungsi untuk mempercepat reaksi. Katalis yang
dipakai Fe-Cr berbentuk tablet dengan volume 54,9 m3. Suhu yang
masuk sekitar 3680C dengan tekanan 31,4 kg/cm2. Gas
keluar pada suhu 4330C dan tekanan 30,3 kg/cm2. gas yang
masih cukup tinggi suhunya ini digunakan untuk membangkitkan steam di shift effluent waste-heat boiler 103-C
dan memanaskan gas umpan methanator
106-D di methanator feed heater
104-C.
Low temperature
shift converter (LTS) berfungsi unruk memperbesar konversi. Katalis yang
digunakan adalah Cu sebanyak 66 m3. Gas yang keluar di LTS mempunyai
suhu sekitar 2320C dan tekanan 28,8 kg/cm2. Gas ini
selanjutnya dikirim ke unit pemurnian gas sintesis.
III.2.3. Unit Pemurnian Gas Sintesis
Unit ini bertugas menyiapkan bahan baku untuk ammonia converter, yang berupa gas N2
dan H2 sehingga gas- gas lain yang ada harus dipisahkan lebih
dahulu. Gas CO2 dibutuhkan untuk pembuatan urea sehingga gas ini
diambil dengan cara diserap dengan larutan penyerap, kemudian di-stripping sehingga diperoleh gas CO2
yang sipa untuk umpan reaktor sintesa urea. Gas CO dan CO2 sisa
dapat menyebabkan reaksi katalis di ammonia
converter, maka dari itu perlu diubah menjadi CH4 yang tidak
merusak katalis.
III.2.4. Pengambilan Gas Karbon Dioksida
Gas yang keluar dari LTS dimasukkan ke CO2 absorber 1101-E melalui sparger di bagian menara. CO2
absorber ini tersusun dari empat buah
bed berisi empat buah bed berisi tumpukan slotted ring. Larutan penyerap yang
digunakan adalah low heat beanfield
yang terdiri dari:
a.
Kalsium karbonat (K2CO3) yang
berfungsi sebagai absorbent dan desorbent CO2, dengan kadar
30-35% berat.
b.
Dietanol amin (DEA) untuk membantu absorbsi dan
desorbsi CO2 dan menurunkan tekanan.
c. Kalium
vanadat (KVO3) sebanyak 0,5-0,6% berta, sebagai V5+ yang
dapat melapisi permukaan menara absorber dan menjadi corrosion inhibitor.
d.
Ucon sebanyak 1-2 ppm sebagai antifoam.
Pada absorbsi CO2, mula- mula gas CO2 bereaksi
dengan H2O membentuk asam karbonat. Asam karbonat kemudian bereaksi
lagi dengan ion karbonat dari K2CO3 membentuk ion
bikarbonat. Reaksi kimia yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
H
2CO
3 + CO
3= 2HCO
3
2HCO
3 +
K
2CO
3 CO
3 + 2KHCO
3
Reaksi absorbsi ini adalah reaksi eksothermis.
Larutan beanfield yang
dipakai ada dua aliran, yaitu larutan lean
benfield yang masuk dari puncak menara dan larutan semi lean benfield yang masuk menara melalui bagian tengah.
Larutan lean
benfield adalah larutan yang sama sekali tidak mengandung CO2.
larutan ini berasal dari stripper 1102-E
yang didinginkan lebih dahulu dalam cooler
1107-C sebelum dipompa oleh 1110-JA/JB/JC ke puncak absorber sebanyak 370 ton/ jam.
Larutan semi lean
benfield adalah larutan yang masih mengandung CO2 larutab ini
berasal dari bagian tengah stipper,
sebelum dipompa dengan pompa 1107/JA/JB/JC ke bagian tengah absorber. Larutan semi lean
benfield dimasukkan kedalam single
stage semi lean benfield dengan
sebuah ejector yang bertujuan untuk mereduksi energi pada pemisahan CO2.
larutan mengalir pada kondisi normal sebanyak 1100 ton/ jam.
Gas dari LTS yang masuk dari bagian bawah absorber akan berkontak dengan larutan semi lean benfield yang akan menyerap
sebagian besar dari gas CO2 yang ada kemudian sisa CO2
dalam gas akan diserap oleh larutan beanfield.
Temperature dalam absorber adalah
70-1000C dan tekanannya sekitar 27 kg/cm2. Larutan yang
telah banyak mengandung CO2 (larutan rich Beanfield) keluar dari dasar absorber pada suhu 1230C, mengalir melalui turbin
hidrolik 1107-JA, kemudian menuju ke bagian atas stripper. Gas yang keluar dari bagian atas absorber diharapkan kadar CO2-nya dibawah 0,1% volume.
Temperature gas kira-kira 700C.
Stripper
1102-E terdiri dari tiga buah bed berisi tumpukan slotted ring. Kondisi operasi stripper
adalah 107-1290C dan tekanan 0,6 kg/cm2. karena larutan rich benfield yang keluar dari absorber masih mempunyai tekanan sebesar
27 kg/cm2, maka tekanan ini dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin
hidrolik 1107-JA, yang digunakan untuk memompa larutan semi lean benfield yang akan menuju absorber. Untuk men-stripping
CO2 digunakan steam bertekanan rendah yaitu 3,5 kg/cm2,
yang berasal dari reboiler 1105-C,
1111-C, 1113-C. Dengan tekanan rendah yaitu 0,6 kg/cm2 suhu tinggi
antara 107-1090C dan dorongan steam ke atas, maka diharapkan gas CO2
dalam larutan rich beanfield akan terlepas.
Reaksi yang terjadi adalah kebalikan dari reaksi absorbsi, yaitu:
2 KHCO
3 K
2CO
3
+ CO
2 +
H
2o
Setelah melewati bed kedua, larutan ditampung dalam trap out pan, dimana sebagian larutan dikeluarkan sebagai larutan lean beanfield yang menuju absorber, dan
sebagian lagi mengalir ke bed ketiga untuk ditampung dalam trap
out pan kedua. Larutan ini dialirkan ke reboiler
1105-C dan 1111-C, dan steam yang terbentuk dimasukkan ke bagian bawah stripper. Steam dari reboiler 1113-C
berasal dari trap out pan di atas bed
pertama.
Larutan lean
benfield yang keluar dari dasar stripper
dialirkan kepuncak absorber,
sedangkan gas CO2 keluar dari puncak menara. Uap air yang terkandung
dalam gas ini cukup tinggi, yaitu sekitar 45%, sehingga sebelum masuk ke dalam
pabrik urea perlu dikurangi terlebih dahulu kadar airnya.
Untuk mengurangi kadar air dalam gas CO2,
maka gas dimasukkan ke dalam CO2 stripper
overhead condenser 1110-C, untuk didinginkan, kemudian dipisahkan
kondensatnya dalam CO2 stripper
reflux drum 1103-V. Kondensat ini dimasukkan ke bagian atas stripper dengan pompa 1108-J dan
1108-JA, sedangkan gas CO2 yang keluar siap dikirim ke pabrik urea.
III.2.5. Pembentukan Methana
Gas yang keluar
dari absorber masih mengandung
CO dan CO2 sisa yang merupakan racun di ammonia converter, karena itu perlu diubah menjadi CH4
dalam methanator 106-D. Methanator berisi katalis nikel oksid sebanyak 19,8 m3 yang
tersusun menjadi tiga bed. Gas yang masuk methanator dibatasi kadar CO dan CO2-nya,
yaitu maksimum 0,1% untuk CO2 dan 0,6% untuk CO, karena secara
teoritis 1% CO2 mampu menaikkan suhu sebesar 770C,
sedangkan reaksi pembentukan metana adlah reaksi eksothermis. Kondisi operasi
di methanator adlah suhu 288-3150C
dan tekanan sekitar 26 kg/cm2. reaksi yang terjadi adlah kebalikan
dari reaksi di primary reformer yang
dapat dituliskan sebagai berikut :
CO
+ 3H
2 CH
4 + H
2O
+ 49,3 kcal/mol
CO
2 +
4H
2 CH
4 + 2H
2O +
39,5 kcal/mol
Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksothermis sehingga methanator dilengkapi dengan system interlock yang akan menghentikan
aliran gas bila terjadi kenaikan suhu sebesar 3990C, serta
menghentikan aliran boiler feed water ke 114-C. Gas yang keluar dari methanator diharapkan mempunyai kadar CO
dan CO2 maksimum 0,3 ppm.
III.3. Unit Sintesa Ammonia
Gas yang keluar dari methanator
memiliki tekanan 26 kg/cm2
dan suhu 3100C. Tekanan ini belum cukup tinggi untuk reaksi di ammonia converter, karena menurut design
dari proses kellog dengan perubahan
bagian dalam converter ammonia oleh ammonia
converter, kondisi operasi dengan
suhu 430-5000C dan tekanan 1409-1500 kg/cm2.
Karena itu gas dinaikkan dulu tekanannya dalam synthesis gas dan recycle compressor 103-J, yang terdiri
dari low pressure case dan high pressure case compressor, karena
gas synthesis sudah mencapai 67 kg/cm2 dengan suhu 1770C.
Sebelum ditekan dalam HP case compressor,
gas ini didinginkan dalam intercooler gas
feed methanator 1139-C dan cooling
water 116-C, serta ammonia chiller
129-C. Kondensat yang terbentuk dipisahkan dalam synthesis gas feed compressor first stage separator 105-F. Gas yang
keluar kira- kira suhunya 80C. Gas kering dari separator dimasukkan
ke HP case compressor bersama- sama
dengan recycle gas dari ammonia converter,
dan keluar dari kompresor tekanan sekitar 151,2 kg/cm2 dan suhu 680C.
Gas ini mengandung ammonia karena bercampur dengan recycle gas dari ammonia converter.
Untuk memungut ammonia dalam gas, gas ini dilewatkan
pada seksi pemisahan dan pemurnian, sehingga kadar ammonianya turun dari 9%
menjadi 2% mol. Gas ini kemudian dipanaskan dalam heat exchanger 122-C yang memanfaatkan panas yang keluar dari ammonia converter, baru kemudian
diumpankan ke ammonia converter.
Gas masuk ammonia
converter pada dua tempat, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Ammonia converter 105-D ini terdiri dari
empat buah bed katalis promoted iron
dengan ukuran katalis 1,3-5 mm, dipisahkan oleh ruang antar bed untuk keperluan
quenching. Volume masing- masing bed
tidak sama, makin ke bawah makin besar. Volume katalis di bed pertama sebanyak
8,3 m3, bed kedua sebesar 11,0 m3, bed ketiga 17,2 m3,
dan bed keempat 22,5 m3. Dinding ammonia
converter dibuat rangkap dengan
ruang antara (annulus). Gas
umpan yang masuk dari bawah converter
mengalir dari bagian bawah annulus menuju ke puncak converter dan masuk dalam
masuk dalam bed katalis melalui shell
exchanger. Selanjutnya gas mengalir pada tiap- tiap bed, dengan dua tipe
aliran yaitu aliran axial dan aliran radial (aliran dari luar ke bagian dalam),
sedangkan bagian atas converter digunakan
untuk keperluan quenching sebelum gas
masuk ke bed bawahnya. Gas ini di bagi menjadi tiga aliran, yaitu untuk quench bed kedua, ketiga dan keempat.
Gas umpan yang mengalir dalam dalam annulus
juga mengambil panas reaksi sehingga suhunya naik dan sewaktu sampai di shell exchanger suhu tersebut sudah
sesuai untuk reaksi, yaitu sekitar 3350C. reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut;
N
2 + 3H
2 2NH
3
Konversi yang dicapai saat kesetimbangan adalah 15,65%.
Dengan adanya quenching yang berulang
diharapkan suhu dapat dikontrol sesuai yang diinginkan sehingga konversi dapat
optimal.
Gas hasil reaksi keluar dari bed keempat melalui pipa
ditengah converter dan naik ke puncak
comverter. Suhu gas ini sekitar 4810C,
dan digunakan untuk membangkitkan ateam
di 121-C. Untuk mengurangi kadar inert yang berupa CH4 dan Ar,
sebagian gas umpan di purge sebelum
di recycle melalui HP case compressor. Inert ini dapat
meracuni katalis dan mempengaruhi kesetimbangan reaksi bila kadarnya terlalu
tinggi.
III.4. Unit Pemurnian dan Refrigerasi Ammonia
Adanya produk ammonia dalam aliran purge gas akan mempengaruhi kesetimbangan reaksi sehingga konversi
ammonia berkurang, karena itu ammonia yang ada perlu dipisahkan dari aliran recycle gas yang menuju converter. Pemisahan dilakukan dengan
cara mengembunkan ammonia melalui chiller-
chiller 117-C, 118-C, dan 119-C.
Mula- mula gas didinginkan dengan cooling water 124-CA/CB, kemudian dibagi menjadi dua aliran
parallel. Aliran pertama didinginkan di chiller
117-C dan 118-C, sedangkan aliran kedua didinginkan di 120-C dengan refrigerant ammonia, yang sekaligus
merupakan pemanas gas yang keluar dari ammonia
separator 106-F. kedua aliran bergabung menjadi chiller 119-C yang menggunkan ammonia cair dari 112-F sebagai
pendingin. Suhu gas keluar dari 119-C
sudah mencapai -230C dan tekananya 145 kg/cm2.
Selanjutnya gas dan ammonia cair dimasukkan ke ammonia separator 106-F, dimana ammonia cair dari reaksi recycle gas mengembun dan terkumpul.
Ammonia yang keluar dari 106-F masih mengandung sejumlah
gas H2, N2, Ar, dan CH4, karena itu perlu dipisahkan dengan cara flashing dalam flash drum
111-F pada tekanan 2,3 kg/cm2 dan 112-F pada tekanan 0,03 kg/cm2.
Uap yang terbentuk dikompresikan di ammonia
refrigerant compressor 105-J. Uap ammonia dari LP case compressor 103-J,
flash drum 111-F dan flash drum
110-F diumpankan ke HP case compressor
105-J. Keluar dari HP case compressor,
gas sudah bertekanan 19 kg/cm2. Gas selanjutnya didinginkan dan
dipisahkan di refrigerant receiver 109-F, dan ammonia yang terbentuk di tampung
unutk dikirim ke pabrik urea.
III.5. Unit Hidrogen Recovery (PGRU)
Purge gas dari
daur sintesis ammonia masih mengandung
gas hydrogen dengan kadar cukup tinggi, oleh karena itu diusahakan agar
gas ini dapat dipungut dan dimanfaatkan kembali. PGRU bertugas untuk memisahkan
H2 dari gas- gas lain untuk dimanfaatkan kembali didaur sintesis
ammonia dan keperluan lsin. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya unit ini
adalah :
a.
Naiknya produksi ammonia dengan tambahan sekitar 50-60
ton/hari.
b.
Penurunan tingkat penggunaan energi per ton produksi
ammonia sebesar 0,3 MMkcal.
c.
Diperoleh hydrogen murni sebagai bahan pembuatan
hydrogen peroksida.
d.
Diperoleh persediaan tambahan ammonia untuk pembuatan
gas nitrat dan ammonium nitrat.
e.
Dapat memproduksi larutan ammonia dengan konsentrasi
20-30% bila pasar memungkinkan.
Proses pemisahan gas hydrogen ada bermacam- macam antara lain :
a.
Proses Swing Adsorption (PSA)
Proses ini bekerja nerdasarkan adsorpsi selektif, dimana kemampuan CH4,
Ar, dan H2 diabsorpsi dengan adsorbent. Adsorben yang
digunakan ada empat, yang dioperasikan secara bergantian untuk melakukan langkah- langkah adsorbsi, depresurisasi, purging dan represurisasi berdasarkan urutan yang
diatur secara otomatis oleh programmer dan beberapa control
valve.
b.
Proses Cryogenic Separator
Proses ini berdasarkan pada pemisahan karena perbedaan
titik embun. Operasi pemisahan dilakukan pada suhu yang sangat rendah dalam
suatu cold box, dimana gas inert Ar
dipisahkan dari N2 dan H2 untuk selanjutnya dikembalikan
ke daur sintesis ammonia. Pendinginan sampai temperature crycogenic dilakukan dengan flashing
inert cair dan refrigerasi ammonia.
c.
Proses Membran Separator
Prinsip kerja dari proses ini adlah pemisahan dengan
memanfaatkan perbedaan kecepatan difusi gas terhadap suatu membrane
semipermiabel, dimana gas hydrogen mempunyai kecepatan difusi yang lebih cepat dibandingkan dengan gas- gas
lain dalam purge gas.
BAB IV
UNIT UREA
Seksi
urea bertugas memproduksi urea prill
dari ammonia dan gas karbon dioksida yang dihasilkan oleh pabrik ammonia.
Kapasitas terpasang pabrik ini adalah 1725 MT/hari atau 570.000 MT/tahun.
Proses yang dipakai adalah proses Mitsui
Toatsu Total C Improve yang memanfaatkan kembali gas- gas yang tidak
bereaksi sebagai larutan karbamat dan di-recycle
ke reaktor urea.
Proses yang
terdapat di seksi urea dapat dibagi menjadi empat unit yaitu:
a.
Unit Sintesa Urea
b.
Unit Pemurnian atau Purifikasi
c.
Unit Recovery
d.
Unit Kristalisasi dan Pembutiran
IV.1. Unit Sintesis Urea
Unit ini bertugas mereaksikan ammonia cair dan gas CO2
menjadi ammonium karbamat kemudian dilanjutkan dengan dehidrasi ammonium
karbamat menjadi urea. Reaksi yang terjadi dalam reaktor sintesis urea adalah
sebagai berikut :
2NH
3 + CO
2 NH
2COONH
4 +
38 kcal/mol
NH
2COONH
4 NH
2CONH
2 +
H
2O - 7,7 kcal/mol
Bahan baku gas CO2 yang diinjeksikan dengan
udara anti korosi ditekan dengan CO2 booster compressor GB-102 sehingga tekanannya menjadi 26 kg/cm2.
Tekanan ini belum cukup tinggi untuk terjadinya reaksi di reaktor, maka
dilakukan penekanan sekali lagi di recriproting
compressor GB-101 A/B yang bekerja secara parallel. Gas CO2 yang
keluar sudah bertekanan 250 kg/cm2 dengan suhu sekitar 1590C.
Gas ini masuk ke reaktor urea melalui bagian bawah.
Ammonia cair dari ammonia
reservoir FA-401 dipompa melalui ammonia boost up pump GA-404 A/B sehingga
tekanannya menjadi 25 kg/cm2.Aliran
ammonia ini kemudian dibagi menjadi dua, sebagian digunakan
sebagai penyerap pada high pressure
absorber DA-401, sebagian lagi dilewatkan liquid ammonia feed pump GA-101 A/B dan dipanaskan dalam ammonia preheater EA-101 dan EA-102
untuk kemudian dimasukkan ke reaktor urea melalui bagian bawah. Suhu ammonia cair
ini sekitar 6300C. Perbandingan mol ammonia dan gas CO2
masuk reaktor di buat 4:1 unutk mencegah terbentuknya senyawa biuret dari hasil
peruraian urea sebagai berikut:
2NH
2CONH
2 NH
2CONHCONH
2 + NH
3
Reaksi ini akan mengurangi urea yang terbentuk dari
ammonium karbamat, selain itu biuret merupakan racun bagi tanaman sehingga
kadarnya harus dijaga serendah mungkin.
Kedalam reaktor dimasukkan juga larutan ammonium
karbamat hasil recovery dari gas- gas
yang belum bereaksi. Laruitan ammonium karbamat dari high pressure absorber cooler EA-401 di pompa melalui recycle solution boost up pump GA-102
A/B, kemudian masuk dari bagian bawah reaktor.
Reaktor urea berupa bejana setinggi 30 m dengan diameter
2,17 m, dan dirancang agar dapat menahan tekanan sebesar 250 kg/cm2
dan suhu150-2000C. Untuk mencegah korosi, bagian bawahnya dilapisi
titanium dengan sistem lining. Reaksi
pembentukan urea adalah endotermis, maka suhu reaksi harus cukup tinggi agar
konversi urea besar. Tetapi bila suhu lebih tinggi dari 2000C,
kecepatan korosi Ti-lining akan
bertambah. Sedangkan bila suhu kurang
dari 1500C akan menyebabkan
tempelan ammonium karbamat di dinding reaktor. Reaksi konversi ammonium
karbamat menjadi urea hanya berlangsung pada fase cair, maka untuk mempertahankan
pada fase cair reaktan tersebut
diperlukan tekanan yang tinggi yaitu sekitar 250 kg/cm2. Tekanan
reaktor diatur dengan PRCA yang valve-nya
terletak pada pipa pengeluaran di bagian atas reaktor, sedangkan suhu dikontrol
dengan mengatur jumlah ammonia dan ammonium karbamat yang masuk. Pencatatan suh
diatur oleh temperature recorder yang
sensornya mengambil tempat disepanjang dinding reaktor. Selain itu juga
dilengkapi dengan menggunakan system
interlock yang akan bekerja menutup semua emergency valve yang terdapat pada masing- masing aliran umpan.
IV.2. Unit Pemurnian atau Purifikasi
Unit ini bertugas memisahkan hasil urea dari larutan
ammonium karbamat dari excess
ammonia. Larutan ammonium karbamat didekomposisi menjadi gas- gas CO2
dan NH3 dengan cara menaikkan suhu dan menurunkan tekanan. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
NH
2COONH
4 2NH
3
+
CO
2 -Q
Reaksi tersebut endotermis sehingga memerlukan
panas. Bila ditinjau dari termodinamikanya, maka larutan yang rendah akan
menggeser kesetimbangan reaksi ke kanan. Tetapi apabila suhu terlalu tinggi dan
tekanan rendah, akan terjadi reaksi samping yang tidak dikendaki yaitu hidrol
NH
2CONH
2 +
H
2O 2NH
3
+
CO
2
2NH
2CONH
2 NH
2CONHCONH
2 + NH
3
Sehingga proses pemurnian hasil urea ini dilakukan
dalam tiga alat yang kondisinya berlainan.
Mula- mula hasil yang keluar dari reaktor urea
dimasukkan ke dalam high pressure
decomposer DA-201, yang terdiri dari tiga buah bagian yaitu bagian atas
atau flashing section, bagian tengah
disebut stripping section dan bagian
bawah disebut decomposer section atau
falling film heater. Tekanan pada high pressure decompresor ini adalah 17
kg/cm2, sehingga bila hasil reaktor urea yang bertekanan kira- kira
250 kg/cm2 masuk dalam HPD, maka akan terjadi flashing dan gas- gas akan terpisah dengan cairan. Gas akan
mengalir ke bagian atas sedangkan cairannya akan mengalir ke bagian bawah
melaui empat buah pipa plate, di mana cairan di stripping agar gas- gas dari
reboiler EA-201 dan dari falling film
heater. Cairan dari reboiler
EA-201 akan jatuh ke bagian decompressor
berisi tube- tube pemanas. Bagian ini
dirancang agar residence time larutan
pemanas kecil, sehingga akan mengurangi terjadinya reaksi pembentukan biuret
dan hidrolisa urea. Suhu pada masing- masing bagian kira- kira adalah 1230C,
1510C, dan 1650C. Gas- gas dari bagian atas HPD dialirkan
ke high pressure absorber cooler
EA-401, sedangkan cairannya dimasukkan ke low
pressure decompressor DA-202.
Tekanan di LPD adalah 2,5 kg/cm2, sehingga
cairan akan kembali mengalami flashing.
LPD terdiri dari dua bagian yaitu bagian
atas yang berupa sieve tray dan
bagian bawah yang berupa packed bed
berupa rasching ring. Dari bagian
bawah packed bed diinjeksikan gas CO2
untuk menstripping ammonia. Larutan yang ada dialirkan ke separator, sedangkan
gas- gas dimasukkan ke low pressure
absorber EA-202. suhu di LPD kira- kira 1300C.
Gas separator
DA-203 bertugas memisahkan larutan urea dengan gas- gas NH3 dan CO2.
Gas separator terdiri dari dua bagian
yaitu bagian atas yang mempunyai suhu 1060C dan tekanan 0,3 kg/cm2,
dan bagian bawah berupa packed bed dengan
suhu 920C dan tekanan atmosferis. Untuk menghilangkan gas NH3
dan CO2 dalam larutan dihembuskan udara melalui distributor di bawah
packed bed. Hasil yang berupa larutan
urea dengan konsentrasi 70-75% berat ini dikirim ke unit kristalisasi dan
pembutiran sedangkan gas dari bagian atas dan tengah gas separator dimasukkan ke off
gas condenser EA-406.
IV.3. Unit Recovery
Pada unit ini dilakukan penyerapan gas-gas yang belum
bereaksi dari hasil pemisahan di unit
pemisahan untuk dikembalikan ke reaktor urea sebagai larutan karbamat. Penyerap
yang dipakai adalah larutan urea (mother
liquor) dan air. Gas dari gas separator diserap di off gas absorber DA-402, dan gas yang keluar di HPD diserap di high pressure absorber DA-401.
IV.3.1. Penyerapan Gas dari Gas Separator
Off gas absoeber
DA-402 merupakan kolom dengan bahan isian yang terdiri dari dua buah packed bed. Kondisi operasinya 450C
dengan tekanan atmosferis. Mula-mula gas dari separator dikondensasikan dalam off gas condenser EA-406. kondensat yang
terbentuk ditampung dalam off gas
absorber tang FA-403, untuk dipompa oleh off gas absorbent pump GA-408 A/B menuju ke off gas absorber sebagai penyerap. Gas yang tidak terkondensasi dalam
off gas condenser ditambah gas yang keluar dari LPA di masukkan ke off gas
absorber melalui sparger di bawah bed ke dua. Gas dan larutan penyerap
akan kontak dengan larutan penyerap
dalam packed bed, kemudian gas yang
tidak terserap akan keluar dari bagian atas kolom, sedangkan larutan yang telah
menyerap gas keluar melalui dasar kolom, dipompa oleh off gas absorber recycle pump GA-407 A/.B menuju off gas cooler EA-407 untuk didinginkan.
Larutan ini dimasukkan kembali kekolom diatas bed kedua sebagai penyerap. Gas
yang keluar dari atas kolom ditambah dengan udara proses, kemudian dialirkan ke
gas separator sebagai stripper gas CO2
dan NH3. sebagaian dari larutan
yang telah menyerap gas dipompa melalui low pressure absorber GA-405 A/B menuju ke LPD sebagai penyerap.
IV.3.2. Penyerapan Gas dari Larutan Pressure
Decomposer
Low pressure
absorber EA-402 bertugas menyerap gas
yang keluar dari LPD. Gas ini digelembungkan melalui sparger pipe di bawah absorber. Larutan
penyerap yang digunakan ada dua macam yaitu larutan induk dari mother liquor tank FA-203 dan larutan
karbamat dari off gas recovery system
yang telah diencerkan dengan kondensat. Kondisi operasi dari LPA adalah pada
tekanan 2,2 kg/cm2 dan suhu yang dijaga konstan 450C
dengan mengatur aliran air pendingin. Larutan hasil absorbsi keluar dari dasar
LPA dan di pompa melalui high pressure
absorbent pump GA-402 A/B menuju ke high
pressure absorber DA-401 sebagai penyerap. Gas- gas yang belum terabsorbsi
digabung dengan gas yang keluar dari off
gas condenser EA-406, selanjutnya diserap lagi di off gas absorber.
IV.3.3. Penyerapan Gas dari High Pressure
Decomposer
Gas- gas yang keluar dari HPD diserap dua kali yaitu di high pressure absorber cooler EA-401, baru kemudian diserap di high pressure absorber DA-401. larutan penyerap
yang digunakn di HPAC EA-401 adalah larutan hasil absorbsi dari HPA DA-401 dan
larutan karbamat dari kick back recycle
solution feed pump GA-102 A/B. sekitar 63% dari gas CO2 dari HPD
dapat diserap di HPAC ini. Konstruksi dari HPAC dibuat seperti shell and tube
untuk dimanfaatkan oanas dari proses penyerapan. Penyerapan terjadi si shell,
sedangkan media pendingin mengalir di tube-tube. Media pendingin yang dipakai
terdiri dari tiga jenis yaitu :
1.
Larutan sirkulasi urea dari crystallizer FA-201 yang mengambil kelebihan panas kurang dari 65%.
2.
Air panas yang dapat mengambil kelebihan panas sekitar
28%.
3.
Air pendingin yang dapat mengambil kelebihan panas
sekitar 7%
Kondisi di HPAC ini dijaga pada suhu 850C dan tekanan 17 kg/cm2.
hasil absorbsi berupa larutan karbamat yang kemudian dipompa melalui recycle
solution pump GA-102 A/B dan masuk reaktor urea DC-101. Gas yang belum terserap
dimasukkan di HPA DA-401. HPA terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian atas
berupa empat buah tray dan buble cap,
dan bagian bawah berupa packed bed berupa berisi rasching ring. Gas dari HPAC masuk
melalui bagian bawah packed bed, naik
kejajaran tray dan keluar melalui puncak menara berupa gas ammonia. Gas ammonia
ini dialirkan ke ammonia reservoir
FA-401. Larutan penyerap yang digunakan ada dua aliran. Aliran pertama berupa
aliran hasil absorbsi dari LPA yang dicampur dengan ammonia cair dari ammonia resvoir. Larytan ini masuk dari
bagian atas tray. Kondisi operasi dijaga pada suhu 470C dan tekanan
16 kg/cm2. Larutan hasil absorbsi sebagai penyerap di HPAC.
IV.4. Unit Kristalisasi dan Pembutiran
Unit berfungsi untuk membentuk urea prill dengan spesifikasi sebagai
berikut:
a.
Kadar nitrogen :
46% berat
b.
Kadar air :
0,3% berat
c.
Kadar biuret :
0,5 % berat
d.
Kadar besi :
1,0 ppm
e.
Kadar ammonia bebas :
150 ppm
f.
Ukuran butir :
-8+16 minimal 99 %
Proses ini dikelompokkan menjadi 4
jenis yaitu :
a.
Proses pengkristalan
b.
Proses pemisahan
c.
Proses pengeringan
d.
Proses pembutiran
IV.4.1. Proses Pengkristalan
Proses ini dilakukan dalam crystallizer FA-201 yang terdiri dari dua bagian, bagian atas
berupa vacuum concentrator, dan
bagian bawah berupa crystallizer
berpengaduk. Kondisi di vaccum
concentrator adalah 72,5 mmHg absolute dan suhu 600C dan tekanan
atmosferis. Larutan urea dari gas separator dipompa melalui urea solution pump
GA-205 A/B untuk dimasukkan ke crystallizer.
Larutan urea dari crystallizer ini
disirkulasikan ke vacuum concentrator.
Larutan urea pekat dari vacuum
concentrator dikirim kembali ke
crystallizer kemudian aleh slurry
feed pump GA-202 A/B dipompa ke centrifuge GF-201 A/E. Slurry ini
mengandung urea dengan kadar 86% berat. Crystallizer
dilengkapi juga dengan jacket air panas untuk mencegah terbentuknya andapan
pada dinding.
IV.4.2. Proses Pemisahan
Pemisahan kristal urea dengan larutan induknya dilakukan
oleh lima buah centrifuge GF-201 A/E yang bekerja secara parallel. Kristal urea
dan larutan induk akan terpisah karena gaya senrtrifugal. Larutan induk akan
megalir ke bawah dan ditampung dalam mother
liquor tank FA-203 yang dilengkapi dengan pipa-pipa berisi steam untuk
mencegah adanya akumulasi biuret, sebagian dari larutan induk ini
dikirim kembali ke vacuum concentrator
untuk dipekatkan. Kristal hasil pemisahan mengandung uap air dengan kadar 2,4
%. Kristal ini selanjutnya dikirim ke fluidizing
drier FF-301.
IV.4.3. Proses Pengeringan
Kristal urea yang masuk ke fuidizing drier akan mengalami pengeringan karena hembusan udara kering dari bawah drier. Kadar uap dari
dalam kristal yang keluar tinggal 0,1-0,3%. Media udara pengering diperoleh
dengan mengisap udara dengan forced fan
for drier GB-301. Kemudian dipanaskan dengan steam dan kondensat steam
dalam air heater for drier EC-301
sehingga suhu udara yang keluar mencapai 1200C. Suhu udara harus
dijaga agar tidak lebih tinggi karena dapat
menyebabkan pelelehan urea di fuidizing
frier. Kristal urea yang sudah kering diisap oleh induced fan for drier GB-302 dan masuk ke dalam cyclone FC-301. Bila ukuran kristal
terlalu besar, maka akan terbawa ke pinggir oleh sudu- sudu pengaduk untuk
selanjutnya dilarutkan dalam desolving
tank/ FA- 302.
IV.4.4. Proses Pembutiran
Kristal urea yang masuk cyclone akan dipisahkan dari debu- debu halus yang melekat. Cyclone yang beroperasi berjumlah empat buah dan bekerja secara parallel. Debu
yang telah dipisahkan akan diisap oleh induced
fan for drier dan masuk ke dalam dust separator FD-304, kemudian di scrubber oleh air. Udara dan air selanjutnya dimasukkan ke dalam dust chamber PF-302. Air dari dust chamber ini dipompa kembali ke dust
separator melalui circulating for prilling
tower GA-302 A/B untuk digunakan sebagai scrubber.
Kristal dari urea cyclone dikirim ke melter EA-301 dengan menggunakan screw conveyor ID-301 A/B. Melter beroperasi pada suhu 1350C,
yaitu sedikit dibawah titik leleh urea (132,70C), karena pada suhu
yang lebih tinggi urea yang terdekomposisi menjadi biuret lebih banyak. Suhu
ini dikontrol dengan mengatur laju alir steam pemanas di melter. Lelehan urea dari melter akan mengalir ke strainer for distributor FD-301, kemudian masuk ke head tank for distributor FA-301. Lelehan ini dikeluarkan melalui
distributor PF-301 A/L ytang berjumlah 12 buah, dan akan jatuh sepanjang prilling tower IA-301. Agar tetes- tetes
urea ini menjadi padatan, maka dari bawah prilling
tower dihembuskan udara kering. Udara ini diperoleh dari udara luar yang
diisap oleh blower GB-302 dan
dikeringkan didalam air heater for fluidizing cooler EC-302. Urea prill
yang terbentuk didinginkan lebih lanjut dalam fluidizing cooler FD-302 yang berada dibawah prilling tower. Untuk
mendapatkan urea prill dengan ukuran yang didinginkan, maka di pasang trammel
FD-303. Urea yang oversize dilarukan dalam desolving
tank II FFA-303 untuk direcycle ke
mother liquor tank. Urea dengan
ukuran yang didinginkan dikirim ke urea
storage dengan belt conveyor.